Markaswalet baru-baru ini mengadakan program pelatihan budidaya burung walet di Makassar, Sulawesi pada Februari 2020. Inisiatif ini diselenggarakan bersama oleh Markaswalet dan asosiasi terkemuka di Sulawesi, Markas Vitron Indonesia. Acara tersebut dihadiri mayoritas petani burung walet dari Sulawesi Selatan, antara lain dari Sinjai, Bulukumba, Wajo, Sengkang, Pare-pare, dan Siwa. Pesertanya pun beragam, mulai dari yang sudah lama menggeluti bisnis hingga pendatang baru. Materi pelatihan dirancang agar mudah dipahami oleh semua peserta, terlepas dari tingkat pengalaman mereka dalam beternak burung walet.
Program pelatihan berlangsung selama dua hari pada tanggal 1 dan 2 Februari 2020 di Hotel Amaris Makassar yang terletak di pusat kota. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada petani burung walet tentang budidaya burung walet. Banyak petani burung walet yang tidak mengetahui seluk-beluk budidaya burung walet, yang dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk saat membangun rumah burung walet. Akibatnya, hanya 30% rumah walet di Sulawesi yang berhasil, sisanya masih dalam tahap perkembangan populasi.
Sulawesi memiliki karakter yang unik, dengan rumah walet tersebar di setiap wilayah, mulai dari selatan, utara, tengah, barat, hingga tenggara. Sengkang dan Wajo yang terletak di wilayah Sulawesi Selatan memiliki sejarah budidaya burung walet terpanjang di pulau ini. Namun, mayoritas sarang burung walet berkualitas tinggi ditemukan di Sulawesi Tengah (Kota Palu dan Kabupaten Poso) dan Sulawesi Barat (Kabupaten Mamuju), ditandai dengan sarang berwarna putih seperti kapas dan sarang ringan berbulu.
Pemetaan lokasi rumah burung walet di setiap daerah memudahkan pemerintah dalam melakukan sensus rumah burung walet, yang pada gilirannya memberikan edukasi kepada petani burung walet untuk mengembangkan budidaya burung walet sesuai dengan update akademik. Saat ini terlihat kesenjangan antara petani burung walet dengan pemerintah, karena kedua belah pihak merasa tidak saling membutuhkan. Oleh karena itu, Markaswalet berharap dengan adanya pelatihan dan seminar budidaya burung walet, seluruh elemen dapat bersinergi untuk memajukan budidaya burung walet di Indonesia.
Sebagian besar peserta di Makassar menceritakan bahwa perkembangan peternakan walet di rumah mereka lambat. Ada yang membangun rumah walet berukuran besar, seperti tingkat 6 x 12 x 7, sementara yang lain membangun rumah walet yang lebih kecil, seperti tingkat 4 x 8 x 2. Masalah umum yang dihadapi oleh para petani burung walet adalah penataan ruangan yang buruk dan tingkat kebisingan di rumah burung walet mereka. Melihat foto-foto rumah walet yang dibagikan oleh para peserta, terlihat bahwa banyak dari mereka yang membangun rumah walet tanpa perencanaan yang jelas, seperti rencana tata ruang, rencana kebisingan, dan rencana anggaran.
Salah satu peserta memiliki panen yang cukup sukses, tetapi pertumbuhannya mandek selama tiga tahun terakhir. Sebaliknya, banyak petani burung walet di Sinjai yang berhasil meningkatkan hasil panennya secara signifikan. Kemungkinan penyebab stagnasi pertumbuhan peserta adalah sistem pemanenan yang tidak tepat, yang cenderung mendukung pemanenan paksa, menyebabkan ketidaknyamanan pada burung walet muda, menyebabkan mereka melarikan diri dari rumah walet. Markaswalet berencana untuk membahas semua teknik budidaya burung walet ini secara komprehensif di situs webnya.
Hi, this is a comment.
To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
Commenter avatars come from Gravatar.